HOW TO CONTACT US

1Via phone +62 21 8068 3018
2Email: support@triasmitra.com
3Our office

If you still have problems, please let us know. Thank you!

OFFICE HOURS

Mon-Fri 9:00AM - 5:00PM
Sat-Sundays by appointment only!

FORGOT YOUR PASSWORD?

*

Proyek Kabel Optik Jakarta-Surabaya Jelang Rampung

PT Ketrosden Triasmitra (Triasmitra) menuntaskan pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang melayani rute Jakarta-Surabaya.

Proyek yang diberi nama Jakarta-Surabaya Cable System (Jayabaya) ini diresmikan pada Selasa (18/9) yang dihadiri sejumlah pejabat dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI), dan operator telekomunikasi.

CEO Triasmitra Titus Dondi Patria menjelaskan persiapan penggelaran Jayabaya ini telah bergulir sejak kuartal ketiga tahun 2017 yang lalu dan ditargetkan dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

"Proyek Jayabaya ini memerlukan kabel optik sepanjang 875 km, sedangkan kapasitas kabel optik menggunakan 96 cores untuk jalur darat (inland) dan 24 cores untuk jalur laut (submarine) dengan jenis kabel optik G654 B untuk jalur laut dan kabel optik G652 D untuk jalur darat," tuturnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/8/2018).

"Jalur Jayabaya ini akan menghubungkan empat kota, yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang dan Surabaya. Proyek ini diperkirakan selesai dan siap digunakan pada quarter ke-4 tahun 2018," jelas Titus dalam keterangan (18/9).

Dengan adanya sistem kabel bawah laut Jayabaya, kian melengkapi jaringan fiber optik yang dimiliki oleh Triasmitra sebelumnya. Penyelenggara infrastruktur ini memiliki jalur Jakarta-Bangka-Batam-Singapura (B2JS) Cable System sepanjang 1.070 km, Surabaya-Denpasar Cable System (SDCS) sepanjang 520 km dan Ultimate Java Backbone (UJB) sepanjang 2.661 km.

Meski dalam tahap penyelesaian, Triasmitra mengaku kalau sudah ada beberapa operator telekomunikasi yang menyatakan akan memanfaatkan jalur Jayabaya ini.

Proyek ini juga sekaligus menambah pengalaman Triasmitra melalui anak usahanya PT Jejaring Mitra Persada (JMP) dalam membangun jalur kabel optik, khususnya kabel optik bawah laut (submarine deployer), baik sebagai developer (membangun jaringan kabel optik milik Triasmitra) maupun sebagai kontraktor (membangun jaringan kabel optik milik operator lain).

Triasmitra selama ini mempunyai dua anak usaha, yakni PT. Jejaring Mitra Persada (JMP) dan PT. Triasmitra Multiniaga Internasional (TMI). JMP untuk pembangunan atau gelar kabel optik, sedangkan TMI mengerjakan managed service untuk kabel optik.

Sama halnya dengan jalur kabel optik sebelumnya yang dimiliki Triasmitra, jalur kabel optik Jayabaya ini setelah selesai dan digunakan nanti akan dikelola oleh Triasmitra lewat anak usahanya, yakni TMI.

"Kita tak hanya kelola kabel laut yang digelar Jejaring, tetapi juga kelola milik operator lain. Misal, untuk segmen West Area SKKL milik XL, SKKL Sea Me We 3 melalui Indosat Ooredoo, dan tentu nantinya kita akan kelola Palapa Ring Barat," ungkapnya.

Dengan kelengkapan perangkat yang telah dimiliki oleh Triasmitra ditambah telah adanya kerjasama dengan Bakamla sejak tahun 2017, pihaknya yakin bahwa keamanan SKKL yang dikelolanya semakin terjamin.

Kerja sama dengan Bakamla yang disepakati adalah pengawasan/monitoring SKKL, antara lain dilakukan dengan patroli bersama untuk melakukan sosialisasi di wilayah yang sering terjadi kerusakan kabel laut optik, karena terkena jangkar. Disamping itu, juga kerja sama dalam proses tindakan hukum bila terjadi pengrusakan kabel laut.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain Undang-undang Telekomunikasi no.36 tahun 1999, Pengrusakan jaringan telekomunikasi merupakan tindakan pidana yang diancam dengan hukuman pidana penjara dan denda.

Kesulitan yang dihadapi anggota Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut (Askalsi) untuk melakukan tuntutan kepada pelaku/kapal yang melakukan pengrusakan kabel laut adalah kurangnya bukti yang dapat digunakan untuk dasar penuntutan.

Tentang hal ini, Titus menuturkan bahwa Triasmitra telah memiliki aplikasi monitoring yang bisa mendeteksi keberadaan kapal yang menyebabkan kerusakan kabel laut. Selain itu, adanya kerja sama pemanfaatan aplikasi monitoring antara Triasmitra dengan Bakamla, maka akan diperoleh alat bukti yang kuat yang bisa dipakai sebagai dasar tuntutan.

"Kami berharap dengan dibangunnya jalur Jayabaya, kebutuhan infrastruktur telekomunikasi dapat terpenuhi yang pada gilirannya akan semakin memajukan telekomunikasi Indonesia," pungkasnya.

 

 

 

Source: detik.com

Triasmitra Genjot Bisnis Managed Service Kabel Laut dan Darat

JAKARTA (IndoTelko) - PT Ketrosden Triasmitra dengan beberapa anak perusahaannya (Triasmitra Group) mulai mengoperasikan Network Operation Center (NOC) terbarunya di Jakarta yang akan mengelola operasi dan pemeliharaan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan kabel optik darat milik perseroan serta pelanggannya.

NOC yang berlokasi di Jakarta Timur itu akan menjadi bagian dari operasional 8 ribu km SKKL dan kabel optik darat dari Triasmitra Group yang terdiri dari SKKL B2JS sepanjang 1,070 km yang menghubungkan Jakarta-Bangka-Batam-Singapore dan Batam-Bintan, SDCS (Surabaya – Denpasar Cable System) sepanjang 520 km yang menghubungkan Surabaya dan Denpasar dan UJB (Ultimate Java Backbone) yang menghubungkan Jakarta sampai Surabaya dengan membentuk 5 ring sepanjang 2,661 km.

Pengguna jaringan infrastruktur SKKL B2JS, SKKL SDCS, dan UJB adalah 15 pelanggan yang terdiri dari pemain-pemain top di industri telekomunikasi Indonesia seperti Telkom, Indosat, XL Axiata, Linknet, Biznet, Moratelindo, Telkom Malaysia, Iforte dan Fiberstar.

"NOC ini tak hanya menjadi pusat operasi dan monitoring dari kabel yang kami bangun, tetapi kabel yang dipercaya operator dikelola Triasmitra," ungkap CEO Ketrosden Triasmitra, Titus Dondi Patria A. kala meresmikan NOC di Jakarta, Rabu (30/5).

Triasmitra memiliki dua anak usaha yakni PT. Jejaring Mitra Persada dan PT. Triasmitra Multiniaga Internasional (TMI). “Kalau Jejaring itu untuk pembangunan atau gelar kabel optik, sedangkan TMI itu managed service untuk kabel optik,” jelasnya.

Diungkapkannya, perseroan tak hanya mengelola kabel laut yang digelar Jejaring, tetapi juga milik operator lain. Misal untuk segmen West Area SKKL milik XL, SKKL Sea Me We 3 melalui Indosat Ooredoo, dan tentu nantinya kita akan kelola Palapa Ring Barat.

Sedangkan untuk SKKL Palapa Ring Barat Triasmitra ditunjuk sebagai pelaksana pemeliharaan kabel laut termasuk pengamanan dan monitoring marine traffic.

Digenjot

Titus lebih lanjut mengatakan, seiring kehadiran NOC, Triasmitra mengenalkan bisnis baru di lini managed service yakni monitoring dan patroli pengamanan SKKL dan kabel optik darat. Triasmitra menilai layanan ini dibutuhkan pasar Indonesia yang rawan dengan kejadian kabel putus tanpa jelas siapa yang bertanggung jawab.

Dari data yang ada kerusakan SKKL 70% adalah putusnya kabel optik laut dikarenakan terkena jangkar, sisanya 30% karena gangguan alam dan vandalisme. Sedangkan kerusakan fiber optik darat yang lebih sering terjadi sebagian besar disebabkan karena pembangunan dan vandalisme.

"Kabel putus itu kerugian besar bagi operator telekomunikasi. Bagi mereka lebih baik mencegah ketimbang memperbaiki kabel putus, karena akan menurunkan performansi jaringannya. Belum lagi bagi masyarakat yang layanan internetnya bisa terganggu," tukasnya.

Triasmitra dalam layanan terbarunya ini menawarkan tindakan pencegahan (preventive) maupun tindakan perbaikan (corrective). Tindakan pencegahan (Preventive) berupa: memberikan layanan pengamanan/ monitoring SKKL dan kabel optik darat, Triasmitra memiliki dua layanan yaitu, Traffic Monitoring dan Patroli pengamanan.

Untuk pengamanan kabel optik darat, Triasmitra mendirikan service point disetiap cakupan area 60-150 km. Satu service point biasanya menelan investasi sekitar Rp 1 miliar.

Service point tersebut dilengkapi oleh tim patroli yang rutin setiap hari melakukan pengawasan jalur kabel optik yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu tim jointer juga ditempatkan pada setiap service point yang juga dilengkap dengan mobil, tools, equipment, serta material yang dibutuhkan untuk restorasi.

Jumlah tim yang disediakan pada setiap Service Point disesuaikan dengan jumlah jalur kabel optik darat yang pemeliharaannya menjadi tanggung jawab Triasmitra. Untuk patroli SKKL, Triasmitra membangun Base Camp yang dilengkapi kapal patroli beserta tim patroli. Investasi untuk service point di laut ini sekitar Rp1,5 miliar.

Triasmitra melakukan monitor pergerakan kapal di sekitar lokasi kabel optik laut selama 7 x 24 jam dan patroli di lokasi yang rawan guna memberikan peringatan langsung.

Patroli laut dilaksanakan secara reguler sepanjang jalur SKKL di area Guard Zone (500 m dari kiri dan 500 m dari kanan jalur kabel) atau di area-area yang berpotensi sering terjadi kabel putus sampai dengan sejauh 140 km dari lokasi BMH.

"Kelebihan managed service dengan adanya NOC baru dilengkapi dengan aplikasi sistem monitoring SKKL dan kabel optik darat yang saat ini sedang dalam proses pengajuan hak paten, merek dan hak cipta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham. Aplikasi ini juga bisa disambungkan dengan punya Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI)," katanya.

Adapun monitoring tersebut terdiri dari: Sistem Monitoring Performansi Kabel, dimana dengan sistem ini posisi kabel yang rusak atau putus dapat segera diketahui sehingga mempercepat pergerakan tim restorasi untuk melakukan perbaikan. Sistem Monitoring Patroli Kabel Laut dan Darat, dapat memonitor pergerakan tim patroli laut maupun darat agar pelaksanaan patroli selalu dilakukan sesuai dengan jadwal dan rute yang telah ditentukan.

"Dengan Triasmitra telah memiliki aplikasi monitoring bisa mendeteksi keberadaan kapal yang menyebabkan kerusakan kabel laut, dan adanya kerjasama pemanfaatan aplikasi monitoring antara Triasmitra dengan Bakamla maka akan diperoleh alat bukti yang kuat yang bisa dipakai sebagai dasar tuntutan," katanya.

Diharapkannya, kehadiran layanan baru di bisnis managed service akan meningkatkan kontribusinya bagi total pendapatan Triasmitra. Saat ini sekitar 70% pendapatan maish dikontribusi dari developer (bangun dan jual kabel laut dan darat), managed service (25%), dan sebagai kontraktor atau membangunkan kabel untuk pihak lain (5%).

"Kami yakin di masa depan, managed service akan menjadi tumpuan karena suatu saat pasti semua rute SKKL dan darat sudah terbangun. Recurring income tentu dari managed service," tutupnya.

 

 

 

Source: Indotelko.com.

TOP